2.Orang yang terjatuh dalam kubangan hutang-piutang.
3.Orang yang kena PHK.4.Orang tua yang didurhakai anak.
6.Orang yang sombong.
7.Orang yang suka menipu.
8.Koruptor.
9.Orang yang sakit-sakitan.
10.Orang yang mencandukan diri dengan Narkobar. Dll.
Dari ke-10 urutan orang yang tidak bahagia. Ternyata orang yang paling banyak menggunakan waktunya untuk menonton televisi. Dia-lah orang yang paling tidak bahagia hidupnya. Kok bisa?
Sederhana saja, jawabannya. Adalah, sunnatullah apabila mata digunakan untuk melihat dan telinga digunakan untuk mendengarkan. Data yang ditangkap dari melihat dan mendengar. Akan diolah dalam otak. Apabila otak merekam. Maka, dinding alam bawah sadar (albasa) telah tergores dengan catatan-catatan yang telah direkam oleh otak.Manusia yang albasa-nya telah banyak melakukan pencatatan. Utamanya secara acak atau tidak beraturan. Hal itu akan memunculkan banyak kekhawatiran, kegalauan, kengerian, ketakutan, dan puncaknya adalah kegagalan.
Dari kegagalan hidup inilah, yang seringkali menjadikan banyak orang stress. Apabila seseorang itu stress. Maka, hormon kortisol akan keluar. Dan, hormon tersebut akan mencari organ tubuh yang lemah. Padahal dewasa ini, bahkan di abad XXI ini, betapa langkanya mencari orang-orang yang sehat sejati. Dapatlah disimpulkan, umat manusia yang hidup di abad XXI tidak ada yang luput dari stress. Dan, hanya orang-orang yang iman-islam-ihsan (triple i)-nya bagus. Merekalah yang akan merasakan dan memiliki kehidupan yang: Sehat; Sejahtera; dan Bahagia (SSB).
Fenomena yang terjadi di “masyarakat bodoh”. Apabila mereka menganggap dirinya tidak mampu. Maka, mereka mengambil jalan pintas. Yang paling hina melakukan bunuh diri. Dan, yang menjijikkan, mereka jatuh dalam kejahatan Narkobar (narkotika, obat-obatan, dan rokok).
Narkobar dijadikan sasaran pelarian. Yang menjadi pertanyaan, “Mampukah Narkobar memberikan jawaban dan jalan keluar?”
Maka, di era televisi bebas seperti dewasa ini. Gandengannya adalah Narkobar. TV dan Narkoba seperti setali tiga uang. Meskipun kejahatan Narkobar jauh lebih tua. Akan tetapi eksistensi TV benar-benar sangat menunjang percepatan penyebaran pengaruh dari Narkobar.
Orang yang paling banyak menonton TV. Tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Bagaimana mungkin dapat bahagia? Jika hidupnya hanya dibangun dengan mimpi dan malas. Berhati-hatilah dengan TV. Berhati-hatilah dengan Narkobar. Berhati-hatilah dengan segenap hal yang dapat menjadikan diri Anda tidak bahagia. Hindari segera, segenap hal yang tidak bermanfaat, buat triple i dan SSB
Di tahun 2009 ini bersemboyanlah, “Hidupku Bersih, Benar, dan Tidak Menyakiti Orang Lain.”
Tunjukkan sikap mental dan Cara Berpikir sebagai seorang muslim mukmin Indonesia yang: Bersih; Benar; dan Tidak Menyakiti Orang Lain. Apabila ketiga hal tersebut segera diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya umat Islam akan mendapatkan kembali citra diri dan jatidiri-nya yang sementara waktu terampas oleh provokasi para musuh Islam.
Sudah saatnya kaum muslimin mukmin Indonesia sadar. Bahwa, keberadaan TV di rumahnya sudah tidak lagi mendukung kemanusiaannya. Yakni, meliputi: Keimanannya; Keislamannya; Ihsannya; Kesehatannya; Kesejahteraannya; dan Kebahagiaannya.
Sekaranglah saat yang tepat untuk menjadikan dinul Islam, sebagai sebuah privasi yang melahirkan produktivitas yang berkemanfaatan buat umat manusia. Dengan seseorang yang merasa butuh dengan dinul Islam. Maka, hal itu akan mendorong pada dirinya untuk melakukan pencerahan. Seseorang yang jiwa dan kepribadiannya sudah tercerahkan. Dia akan dikarunia mampu menangkap segenap informasi yang berasal dari sisi-Nya. Perhatikan kehidupan para kaum shalihin. Dengan bekal yang minim sekalipun, dengan pertolongan Allah azza wa jalla. Mereka mampu merubah dunia. Mereka benar-benar bermanfaat hidupnya buat masyarakat dunia dan umat manusia sepanjang masa.
Sebut saja karya dan penemuan: Ibnu Sina; Ibnu Khaldun; Ibnu Batuthah; Ibnu Rusyd; Ibnu Hajar; Ibnu Maskawaih; Ibnu Taimiah; Ibnu Hazm; Ibnu Hayyan; al-Jabbar; al-Kindi; al-Ghazali; al-Khawarizmi; an-Nawawi; al-Ayyubi; al-Hanafi; al-Maliki; asy-Syafi’i; al-Hanbali; dan masih banyak yang lainnya. Yang notabene-nya, mereka semua radlia-llāhu ‘anhum, menjadikan hati, jiwa, dan akal pikiran sebagai “jendela informasi”-nya.
Kita masih sangat memungkinkan untuk meniru mereka. Yang telah berhasil menjadikan hati, jiwa, dan akal pikiran sebagai “jendela informasi”. Inilah kebahagiaan yang sebenarnya.
Kita jangan latah. Jangan pula membebek dengan pendapat, yang mengatakan, “Jika tidak punya TV. Informasi Anda didapatkan dari mana?”
Jendela informasi kita terletak, sejauhmana kita, menjaga kesehatan hati. Itulah sebabnya, Rasulullah saw selalu berdoa dengan permohonan, “Allāhumma innī as`aluka qalbān salīmān; ya Allah, aku memohon karuniakan hati yang sehat.”